Sebelumnya saya bingung untuk memberi judul apaan mengenai postingan saya kali ini, yang jelas tujuan utamanya hanyalah bercerita mengenai pengalaman saya dalam berorganisasi dan bekerja di beberapa perusahaan swasta yang pernah saya alami.
Seperti pada umumnya, sebuah perusahaan atau badan usaha pasti mempunyai tingkatan atau hierarki yang hampir sama, dari level pimpinan, supervisor, sampai level staff. Setiap jabatan mempunyai jobdesk dan tanggungjawab yang berbeda-beda, dan setiap jabatan juga mempunyai kebijakan dan skema penghasilan yang berbeda pula.
Target…
Tidaklah asing kata tersebut, yaitu sesuatu yang harus diraih, dicapai dan dipenuhi. Dengan mencapai dan melewati target yang ditentukan, maka suatu perusahaan akan mempunyai banyak kekayaan atau lebih sering disebut profit. Itulah tujuan akhir di dirikannya sebuah perusahaan….PROFIT….
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua penghuni di dalam habitat suatu perusahaan harus dapat memenuhi dan mencapai bahkan melewati angka target yang telah ditetapkan. Jika berhasil, maka akan mendapatkan reward, sebaliknya jika gagal…maka punishment akan dideritanya.
Proses pencapaianyapun tidaklah mudah, harus bekerjasama dan penuh kekompakkan. Seorang supervisor harus kaya akan ide dan action plan untuk menunjang pekerjaan di kelompok kerjanya dan tentunya akan dijalankan oleh level di bawahnya. Supervisor bertanggungjawab terhadap pimpinan perusahaan secara langsung, sehingga supervisor harus cermat, teliti dan tegas terhadap proses dan hasil kerja anak buahnya.
Tapi dalam prakteknya banyak supervisor yang tidak mempunyai POWER untuk mengatur, me-maintenance anak buahnya, dikarenakan beberapa staffnya mempunyai karakter yang berbeda-beda, ada yang radikal, pemalas, penurut dll. Sehingga banyak supervisor yang memilih untuk menggunakan “kata si-boz” untuk memerintah kepada staffnya untuk melakukan keinginannya. Sehingga setiap staff yang mendengar perintah dari supervisornya dengan embel-embel “kata si-boz”, maka mereka spontan panik dan kaget, sehingga staff bekerja di bawah tekanan tanpa bisa berpikir dengan jernih.
Dari banyak kejadian seperti contoh di atas, maka seorang staff akan menganggap seorang pemimpin perusahaan adalah momok hantu yang menakutkan. Padahal tidaklah demikian, sebagian besar perintah atau kebijakan dari seorang supervisor adalah ide supervisornya sendiri, hanya saja mereka tidak mempunyai POWER yang cukup kuat untuk memimpin kelompok kerjanya. Padahal jika ide mereka benar dan tepat sasaran pasti akan memberikan nilai baik bagi dirinya sendiri, tidak perlu memakai “kata si-boz”.
Pimpinan tidak untuk ditakuti seperti hantu, tetapi harus dihormati dan disegani….
:- &y -:
Sabtu, 22 Januari 2011
Hantu “Si-Boz”
Label:
Uncategorized
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda sangatlah berarti